Pengalaman Kesasar di Tangkuban Perahu

Pengalaman Kesasar di Tangkuban Perahu – Salam hangat sobat blogger semua, kali ini saya mau berbagi cerita ketika saya kesasar di Tangkuban Perahu. Hmhmhmmm… Kalau diingat-ingat, cerita ini menegangkan bagi saya dan teman travelling saya. Namanya Wirya Atma Negara, lebih tua dari saya maka saya panggil Ka Wirya. Saya kenal dengan Ka Wirya karena beliau adalah penanggun jawab makanan dari biro travel yang disewa oleh sekolah tempat saya ikut tour. Jadi ceritanya saya ini liburan gratis di salah satu sekolah swasta di Bandar Lampung. Ke Bandung, Bogor dan lainnya. Saya masih SMA waktu itu dan yang lain adalah guru-guru dan anak dari guru-guru tersebut, udah pada tua-tua dan yang anak-anak masih pada kecil-kecil, gak ada yang seumuran saya. Jadilah liburan itu perjalanan yang kurang mantab menurut saya karena gak ada teman buat ngobrol. Untung ada ka Wirya yang beda beberapa tahun dari saya, kalau gak salah beliau lagi kuliah di Jurusan Akuntansi Unila. Jadi ada teman buat ngobrol.

Tibalah di Bandung sore hari yang disambut dengan dinginnya udara sampai menusuk ke tulang, maklum saya orangnya gak bisa kena dingin yang berlebihan. Kami menginap di salah satu hotel disana, hotelnya lumayan bagus karena ada fasilitas kolam renangnya. Sungguh gila bagi saya, karena sampainya sore, jadi kami makan malam di pinggiran hotel. Gilanya, setelah makan malam, bapak-bapak Guru termasuk ka Wirya berenang. Gak kebayang dinginnya kaya apa? Saya hanya melihat mereka berenang, gak berani mau ikutan berenang, takut masuk angin. hehee 😀

Kami berkeliling kota bandung, nyicip makanan khas bandung, beli oleh-oleh dan lain-lain sampai pada akhirnya kami pergi ke Tangkuban Perahu. Jaraknya lumayan jauh dari penginapan kami, jadi ya agak lama sampenya. Singkat cerita kami pun sampai dan disambut dengan para penjual asongan. Hmhmhmm… Indonesia. Teringat teman saya dari Malaysia yang bercerita ketika dia jalan-jalan ke Tangkuban Perahu, dia agak risih dengan pedagang-pedagang itu. Gak mau pergi kalau gak dibeli, apalagi kalau tau itu orang asing. ckckckkkk. Tapi gak tau kondisi terakhir di Tangkuban Perahu sekarang, udah gak pernah dengar lagi.

Ceritanya mulai dari sini, saya dan ka Wirya berdua jalan-jalan dibagian bawah tangkuban perahu dan membeli beberapa pernak-pernik disana. Saya beli shal dan ka Wirya beli baju dingin. Singkat cerita kamipun naik bagian atas Tangkuban Perahu menggunakan mobil khusus pengunjung Tangkuban Perahu. Sampai di atas, kami pun foto-foto menggunakan Hp karena memang gak ada yang bawa kamera waktu itu, jaman itu handphone rata-rata masih menggunakan camera VGA, jadi hasil foto gak seberapa bagus. Setelah puas berfoto di atas, kami pun punya ide buat keliling dan berpisah dari rombongan. Kami berdua menyusuri Tangkuban Perahu layaknya orang yang sudah biasa kesana, sok tahu kesana kemari. Kemudian kamipun melihat tulisan Kawah Domas. Cerita mulai dari sini nih, karena penasaran kami ikuti petujnuk tulisan itu yang turun dari atas menuju bawah. Memang ada jalan setapak disitu, kamipun tanpa ragu jalan berdua menuju kawah domas. Hmhmhmm… Kamipun tertegun karena setelah beberapa lama kami tak kunjung sampai karena kami kira kawah itu gak jauh dari puncak tadi. Gak ada orang sama sekali yang jalan saat itu, kami hanya menemukan 2 orang turis yang sedang berjalan naik dari bawah ke atas dengan napas yang ngos-ngosan. Dalam hati, tanda-tanda gak beres nih, tapi kami pun terus berjalan dan gak nemunin pengunjung lainnya lagi.

Pengalaman Kesasar di Tangkuban Perahu

Sempat putus asa dan mau balik lagi ke atas, tapi jauh banget dan pasti memakan waktu lebih lama daripada turun. Akhirnya kami pun terus berjalan dan menemukan sebuah pondokan yang menjual Telur yang biasa direbus ketika kita sampai di kawah domas. Hmhmmm. harga telur disini berkali-kali lipat dari harga telus biasanya. Jadi kami memutuskan untuk tidak membelinya, kamipun hanya bertanya dimana lokasi kawah domas itu. Kata pedagang telur tadi, udah deket kok, paling 10 menit lagi sampai. Syukur kalau sudah mau sampai, kamipun melanjutkan perjalanan dan hmhmhmmmmm… pemandangannya bagus banget, tapi bau belerangnya sungguh sangat menyengat. Kami lihat disana tidak ada orang Indonesia yang mengunjungi tempat ini selain turis asing, orang Indonesianya hanya sebagai guide saja. Kami pun berfoto-foto ria disana. Memang beneran bisa ngerebus telur di kawah ini. Banyak air panas yang bercampur belerang, turis-turis tadi mandi di air tersebut dengan senangnya. Mereka melumuri badan mereka dengan tanah belerang. Memang bagus untuk kesehatan, tapi saya dan ka Wirya hanya melihat saja, gak mungkin mau seperti mereka. Teringat jam sudah berjalan dengan cepat, waktu yang tadinya dialokasikan hanya 2 jam di Tangkuban Perahu sudah lewat. Kamipun bergegas pulang dan bertanya kepada guide turis asing tadi kemana arah jalan pulang. Ada dua katanya, lewat atas atau bawah. Kalau lewat atas harus menyusuri jalan yang kami lalui tadi, kalau lewat bawah ya lewat sini seraya menunjuk jalan setapak di depan kami. Kami pun memutuskan untuk lewat bawah.

Sama seperti pengalaman turun tadi, perjalanan lama banget, kerasa gak sampe-sampe. Kami sudah sangat lelah dan sedikit takut karena jalan yang kami lalui sangat sepi dan ada beberapa cabang. Kami yang hanya berdua saja ini tak tahu bagaimana kami bisa pulang kalau gak tau jalan seperti ini. Badan sudah capek banget, air minum sudah gak ada sisa lagi dan cahaya nampaknya gak keliatan sama sekali tertutupi pepohonan. Kami pun mulai panik ketika menemukan 2 jalan yang berlainan arah. Ke kanan dan kiri. Rasanya mau nangis aja waktu itu, ka Wirya yang sudah kehabisan tenanga cuma bisa duduk terdiam, udah gak sanggup lagi jalan. Napasnya ngos-ngosan gak beraturan, saya pun seperti itu tapi karena saya sering ikut Pramuka dan hobi Olahraga, masih ada tenaga untuk saya berjalan. Saya pun memutuskan untuk meninggalkan ka Wirya sendiri dulu dan saya mencari jalan yang benar yang mana. Sungguh petualangan yang gak bisa dilupain. Saya pun berjalan ke arah kanan dan berlari mencari jalan keluar. Lari saya seperti dikejar setan karena saya takut semua orang pada cemas mencari kami berdua. Saya terus berlari dan tidak menemukan jalan, saya pun kembali dan Alhamdulilah saya ketemu dengan beberapa pemuda yang gak dari mana datangnya dan bertanya jalan pulangnya dimana? Kalau tidak salah ada sekitar 3 pemuda dan mereka memberitahu jalan pulangnya. Kalau dipikir-pikir, aneh juga mereka itu bisa tiba-tiba muncul, gak tau datengnya darimana. Tanpa berpikir panjang saya pun langsung jalan kembali menghampiri ka Wirya yang sedang duduk lemas di bawah pohon. Dengan nada yang sedikit ada harapan saya berucap, “Ayo ka kita pulang, sudah ketemu jalannya”. Saya pun membantu ka Wirya untuk berjalan. Dia jalannya pelan, tapi saya sudah tidak sabar lagi ingin sampai, saya disuruh jalan duluan dan saya pun berlari lagi. Sungguh sangat melelahkan perjalanan ini, tapi tidak terasa lagi buat saya karena yang ada dikepala saya harus ketemu jalan pulang. Sempat beberapa saat saya berlari, ada secerca harapan yang muncul, saya melihat ada sebuah bangunan yang nampaknya saya kenal. Yappp.. Tidak salah lagi, itu adalah mushola tempat saya sholat tadi, saya pun sangat senang bisa melihat mushola itu. Saya periksa apakah benar-benar ini sudah sampai di tujuan? Dan benar memang sudah sampai di tempat kami turun dari Bus. Saya pun berlari kembali lagi menuju ka Wirya yang dengan berjalan dengan pelan karena kehabisan tenaga. Benar-benar habis tenaga sampai harus dibantu berjalan. Lambat laun kami pun sampai ke parkiran mobil yang terdapat mushola disampingnya.

Ternyata lebih dari 2 jam kami berjalan kalau dihitung-hitung dari atas tadi dan handphone saya ternyata daritadi tidak ada sinyal. Semua orang panik karena mencari saya dan ka Wirya. Kami pergi dengan 3 Bus besar, 2 bus sudah meninggalkan tempat ini 1 jam yang lalu, 1 bus tempat kami naik menunggu kami. Ketua rombongan menelepon saya dan bertanya dimana posisi saya. Dengan napas yang masih tidak beraturan saya menjawab ,”di deket mushola tempat sholat tadi pak”. Kami pun disusul oleh ketua rombongan. Kami langsung naik ke Bus untuk melanjutkan perjalan.

Pengalaman Kesasar di Tangkuban Perahu

Saya duduk tidak seberapa jauh dari tempat duduk ka Wirya dan saya menengok ke arah dia yang penuh dengan keringat dimana-dimana. Dia tersenyum melihat saya dan saya pun begitu. Kami berdua sudah tidak tahu lagi mau menceritakan dari mana kami, kemana kami dan apa yang kami lakukan. Ketika ditanya saya hanya menjawab dari Kawah Domas, itu saja karena saya sudah tidak kuat lagi berbicara. Pengalaman kesasar ini tidak mungkin bisa saya lupakan. Bisa jadi bahan cerita buat anak cucu saya nanti.

Untuk ka Wirya, kita sudah melewati petualangan yang seru ka. Cerita ini bisa kita ceritakan ke anak cucu kita kelak. Semoga.

Ini dokumentasinya ketika kami foto-foto dan berjalan di jalan setapak tadi.

Iqbal Parabi di Tangkuban Perahu

Iqbal Parabi di Tangkuban Perahu

Iqbal Parabi Menuju Kawah Domas

Iqbal Parabi Menuju Kawah Domas

Wirya Atma Negara di Tangkuban Perahu

Wirya Atma Negara di Tangkuban Perahu

Wirya Atma Negara di Tangkuban Perahu (2)

Wirya Atma Negara di Tangkuban Perahu (2)

Iqbal Parabi di Jalan Setapak Menuju Kawah Domas

Iqbal Parabi di Jalan Setapak Menuju Kawah Domas

Wirya Atma Negara di Jalan Setapak Menuju Kawah Domas

Wirya Atma Negara di Jalan Setapak Menuju Kawah Domas

Suasana Kawah Domas Ketika Kami Sampai

Suasana Kawah Domas Ketika Kami Sampai

Wirya Atma Negara di Kawah Domas

Wirya Atma Negara di Kawah Domas

Foto di dekat turis yang mandi belerang

Foto di dekat turis yang mandi belerang

Semburan Air di Kawah Domas

Semburan Air di Kawah Domas

Semburan air di kawah Domas (2)

Semburan air di kawah Domas (2)

Oke, itu cerita saya waktu kesasar di Tangkuban Perahu. Buat sobat blogger sekalian, jangan ditiru ya? Kalau mau ke kawah domas mending sewa guide aja, kalau gak bakalan ngerasain apa yang saya rasain. Tapi kalau mau nyari tantangan silahkan 🙂

Salam.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *