Opick, Penyanyi Religi yang Rendah Hati

Opick, salah satu penyanyi Religi Indonesia yang banyak menghasilkan karya dibidang seni musik (pencipta sekaligus penyanyi) merupakan sosok yang banyak dikagumi dan menjadi insprirasi masyarakat Indonesia atas hasil karyanya. Lahir dengan nama Aunur Rofiq Lil Firdaus di  Jember, Jawa Timur, pada 16 Maret 1974, Opick mampu menjelma menjadi sosok yang dapat menjadi panutan umat. Saya merupakan salah satu pengagum beliau karena lagu-lagu yang beliau ciptakan dapat menginspirasi. Selain memang karena suaranya yang khas dan merdu, saya juga kagum dengan prinsip hidup yang beliau pegang.

Kebetulan saya diberi kesempatan dapat bertemu langsung dengan beliau ketika mengisi salah satu acara yang diadakan pemerintah kota Bandar Lampung (Pembukaan MTQ ke-45 kota Bandar Lampung) di Panjang. Bertemu bukan 5 menit atau 10 menit, tapi 2 hari full. Oleh karena itu saya merasa sangat beruntung bisa banyak mendapatkan pelajaran dari beliau.

Orang tua saya kebetulan bekerja di instansi yang menjadi penanggung jawab acara tersebut dan membutuhkan beberapa orang untuk memfasilitasi artis (Opick) yang akan mengisi acara. Jadilah saya dan beberapa orang staff pemerintah kota Bandar Lampung yang menjadi ‘kru dadakan’ Opick. Mulai dari antar jemput beliau di bandara, hotel, venue sampai menemani berbincang saat makan bersama manajemen tombo ati.

Meskipun hanya beberapa jam yang memang benar-benar berbincang 4 mata, tapi saya sangat senang bisa sharing dan mendapatkan beberapa wejangan dari beliau. Beliau sangat senang jika topik yang dibahas tentang ketuhanan, bahkan salah satu manajemen tombo ati (Kang Tulus) bercerita kalau sudah ngobrol sama mas Opick tentang Islam atau Ketuhanan, beliau gak akan pernah ngantuk. Tapi kalau yang dibahas selain itu, mata tiba-tiba bisa terpejam. Ada-ada saja.

Saya dapat berbincang 4 mata dengan beliau merupakan hal yang kebetulan. Ketika itu, saya menanyakan apakah beliau dan timnya sudah makan malam atau belum ke salah satu kru tombo ati di Hotel Sheraton Lampung. Kebetulan beliau dan tim sedang menunggu makan malam yang telah dipesan sebelumnya. Karena sudah dipesan, berarti tugas saya mengajak makan malam sudah selesai dan saya dapat menunggu di lobby hotel sembari mengisi perut yang sudah mulai lapar. Namun, dari dalam terdengar suara beliau untuk mempersilahkan saya masuk dan makan bersama karena kebetulan yang membukakan pintu kamar kang Tulus.

Agak grogi sih, tapi ya saya terima kesempatan yang langka ini untuk dapat berbincang dengan Maestro Religi Indonesia, Opick. Dengan pakaian gamis langsung berwarna hitam, beliau sedang asik menonton telivisi berukuran besar yang disediakan hotel. Pertama bertemu saya dipanggil ‘Bang’ oleh beliau. Lama-lama ngobrol jadi Mas juga, mungkin karena muka saya yang khas jawa jadi dipanggil Mas. Awalnya saya bertiga ngobrol dengan beliau dan salah satu kru tombo ati, karena akan mempersiapkan perlengkapan panggung untuk show malam itu, kang Tulus pun bergegas ke kamar untuk mempersiapkan perlengkapan. Tinggallah saya dan Opick duduk berdua sambil menonton televisi.

Awalnya berbincang tentang berita yang tengah di tonton di televisi, berita tentang bencana Gunung Sinabung yang menewaskan puluhan orang. Kebetulan saya sering membaca detikcom lewat HP, saya jadi dapat mengimbangi apa yang beliau utarakan. Kemudian topik tentang Kakek yang dibuang oleh salah satu Rumah Sakit Lampung hingga meninggal di jalan menjadi topik selanjutnya. Kebetulan saya tahu daerah yang dimaksud sehingga masih bisa mengimbangi apa yang dibicarakan. Dibalik topik yang diperbincangkan, beliau selalu menyisipkan tentang ilmu agama di dalamnya. “Tidak ada 1 hal pun yang tidak diketahui oleh Allah, baik itu bencana atau apapun itu”, itu yang saya ingat ketika berbincang tentang topik bencana Gunung Sinabung. Tentang kakek yang dibuang di jalan hingga meninggal beliau mengutarakan, “Itulah ciri-ciri nikmat yang telah dicabut oleh Allah kepada hati orang yang telah membuang sang kakek”.

Selang beberapa menit, beliau mengecilkan volume televisi dan mulai mengajak ngobrol lebih dalam. Tentang Islam tentunya, banyak yang dapat saya pelajari dari ucapan-ucapan beliau. Di sela-sela perbincangan beliau bertanya apakah saya sudah berkeluarga atau belum. Saya jawab belum. Kemudian beliau menyarankan agar secepatnya, jangan ditunda-tunda jika sudah mampu. Beliau pun mulai bercerita tentang kapan beliau menikah dan tentang keluarganya. “Dulu, gak ada perempuan yang mau saya ajak nikah. Jadi setiap perempuan yang saya ajak nikah pada nolak, tapi untung ada juga yang mau”, tandasnya sambil tersenyum. Beliau memiliki 4 orang anak kandung dan sekitar 20-an anak angkat. Beliau bercerita senang membantu anak-anak yatim atau jalanan untuk tinggal bersama beliau dan belajar Agama. Ada beberapa anak yang sudah hapal sampai belasan juz. Jadi semua anak dididik untuk dapat menghapal Al-Quran.

Selang beberapa menit berbincang makanan yang dipesan pun datang, entah sudah dipesan sebelumnya atau dipesan pada saat saya datang, saya tidak tahu kalau makanan yang tersedia sudah ada 5 porsi. 4 untuk beliau dan kru ditambah 1 untuk saya. Mungkin pada saat asik berbincang tadi, salah satu kru menambahkan daftar pesanan. Saya pun berkesempatan untuk makan malam bersama beliau dan duduk disebelah beliau. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Selesai makan malam, kami pun bergegas menuju tempat acara yang tidak terlalu jauh dari hotel. Sekitar 30 menit kami sampai di tempat acara. Sudah ada ribuan orang memadati venue. Ternyata magnet Opick cukup kuat untuk menarik perhatian warga sekitar. Acara ini disiarkan langsung oleh stasiun televisi lokal lampung. Ada pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya ketika mengantar beliau ke tempat acara, karena saya yang membawa mobil artis dan sudah koordinasi dengan SatPol PP kota Bandar Lampung yang bertugas, jalanan yang begitu ramai dan padat dengan mudahnya bisa dilalui karena memang ketika kami sampai jalanan langsung disterilkan. Senang rasanya bisa merasakan sensasi membawa mobil dengan lancar ditengah-tengah keramaian. hehee 🙂

Beliau menyanyikan 9 lagu pada acara ini, 3 lagu di awal dan 6 lagu di akhir. Alhamdulilah acara berjalan dengan lancar dan sukses. Semua tim dan panitia mendapatkan apresiasi yang baik dari Walikota beserta jajarannya atas keberhasilan acara ini. Selesai acara kami langsung menuju hotel dan sempat berbincang bersama ketika di dalam kendaraan. Kebetulan Abi saya ikut di kendaraan dan menambah cair suasana perbincangan karena memang wawasan Abi cukup luas di bidang agama. Sampai di hotel pun mas Opick malah mengajak kami untuk mampir ke kamar dan berbincang lagi. “Enaknya sambil minum STMJ ni ngobrolnya”, kata Abi. Mas Opick pun bertanya apa itu STMJ, STMJ adalah singkatan Susu Telur Madu Jahe. Saya pun bergegas mencari STMJ di sekitaran pasar Bambu Kuning. STMJ bagus untuk menghangatkan dan menambah stamina tubuh.

Setelah beberapa saat berbincang, jam pun sudah menunjukkan pukul 1 malam dan nampaknya perbincangan sudah harus dihentikan karena pukul 7 pagi beliau dan tim akan langsung menuju bandara dan langsung ke Jakarta. Saya pun tidur hanya 3 jam malam itu karena pukul 2 sampai rumah dan pukul 5 harus sudah berada di hotel untuk mengantar beliau ke bandara.

Sekitar pukul 5 lebih 15 menit saya sampai di hotel dan bergegas sholat di musholla hotel. Saya pun menunggu beliau dan tim untuk bersiap. Setelah itu, kami pun berangkat dari hotel menuju bendara. Sampai bandara sekitar pukul 6 dan masih ada waktu untuk sarapan di tempat makan yang ada di bandara. Kami pun sarapan di bandara dan saya sempat mengambil foto bersama beliau setelah selesai sarapan. Ini fotonya:

Opick dan Iqbal Parabi

Itulah sedikit cerita saya ketika mendapat kesempatan bertemu dengan Opick, salah satu penyanyi religi Indonesia yang rendah hati dan senang berbagi. Mudah-mudahan saya mendapatkan kesempatan lagi untuk bertemu dengan beliau dan tim tombo ati. Terakhir ucapan yang saya ingat dari beliau adalah, “Tidak ada hal yang kebetulan, semua sudah ada yang mengatur. Kita bertemu saat ini pasti ada maksud dan tujuan yang Allah berikan. Saya bertemu dengan mas Iqbal begitupula mas yang bertemu dengan saya, kita sama-sama bisa saling bercermin.”



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *