UNSRI – UTM (Universiti Teknologi Malaysia)

Salam Perubahan.

Kali ini saya akan membahas seputar dunia pendidikan. Seperti judul tulisan ini, Unsri UTM (Universiti Teknologi Malaysia) merupakan salah satu program kerjasama antara Indonesia dan Malaysia di bidang Pendidikan. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya adalah salah satu fakultas yang mengikuti pogram ini dimana mahasiswa semester 7 (Kelas Bilingual) yang ada di Fasilkom Unsri diberangkatkan ke UTM untuk mengikuti pendidikan disana. Saya salah satu alumni yang mengikuti program ini.

Pengalaman yang sangat berharga, kalimat itu lah yang dapat saya ungkapkan mengenai program ini. UTM merupakan kampus bidang teknologi terbaik yang ada di Malaysia, bisa dibilang ITB-nya Malaysia (meskipun lebih baik ITB, tapi saya hanya mau menggambarkan saja). Fasilitas yang ada di kampus ini sungguh membuat saya nyaman dan bersemangat untuk belajar.

Secara garis besar, saya rasa Indonesia layak mengikuti cara Malaysia dalam memperhatikan pendidikan di negaranya. Mengapa demikian? Pertama, Malaysia sangat memperhatikan kesejahteraan para Dosen atau Guru dimana salary yang diterima tiap bulannya sungguh jauh berbeda dengan salary Dosen atau Guru yang ada di Indonesia. Standar Gaji Dosen Junior (S2) disana kurang lebih sebesar RM 3000  (RM 1 = Rp 3000). Gaji Dosen Senior (S3) kurang lebih RM 5000. Bisa dibayangkan, berapa kali lipat perbedaanya? Ditambah penelitian-penelitian yang dapat menambah penghasilan para dosen itu sendiri. Biaya hidup disana dalam waktu 1 bulan sekitar RM 1000 – RM 1500. Kita lihat kehidupan para dosen atau guru yang ada di Indonesia, sangat jauh. Sampai-sampai jika ingin menambah penghasilan tiap bulannya, para dosen Indonesia mesti ‘ngamen‘ kesana kemari untuk menutupi biaya hidup yang pasti kurang. Hal tersebut merugikan pendidikan yang ada di Indonesia itu sendiri karena Dosen menjadi tidak fokus pada 1 Universitas saja sehingga tingkat produktifitas akan menurun.

Kedua, Malaysia sangat memperhatikan fasilitas penunjang pendidikan yang ada di kampus-kampus. Gedung-gedung, alat-alat penelitian, internet, dan lainnya sangat diperhatikan disana. Saya ambil contoh nyata yang saya rasakan selama di UTM, yaitu fasilitas internet. Sungguh sangat jauh jika dibandingkan dengan internet yang ada di Unsri. Membuka youtube berasa seperti menonton Video tanpa internet. Mungkin bagi teman-teman sekalian itu juga di Indonesia sudah biasa, youtube kan sekarang udah kenceng. Eitss, tunggu dulu. Saya mencoba membuka youtube bukan hanya 1 video atau 1 tab, tapi lebih dari 3 tab dengan mengguakan fasilitas Wi-fi yang ada disana. Saya lihat orang yang ada disekitar saya pun begitu, mereka mebuka situs-situs live streaming yang membutuhkan kecepatan internet tinggi dan itu tidak masalah. Ketika saya coba mengukur kecepatan dengan speedtest.net memang jauh berbeda dengan kecepatan yang ada di Unsri.

Ketiga, Malaysia sanggup berlangganan jurnal-jurnal internasional berbayar yang ada di dunia dan memberikannya secara cuma-cuma untuk semua mahasiswanya. Sedangkan di Unsri hal tersebut sangat jauh berbeda. Untuk mencari jurnal-jurnal sangar sulit.

Mungkin itu beberapa point yang membuat saya beranggapan mengapa Indonesia mesti belajar dari Malaysia untuk bidang Pendidikan.

Sekian tulisan dari saya. Mudah-mudahan dapat menginspirasi dan bermanfaat.

Salam Perubahan.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *