Pengalaman Mengikuti Tes TPA Bappenas (Bagian 1)

Pengalaman Mengikuti Tes TPA Bappenas – Salam hangat sobat blogger sekalian, bagaimana kabar sobat? Mudah-mudahan sehat selalu dan tetap semangat menggapai cita. Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya ketika mengikuti Tes TPA Bappenas yang beberapa hari lalu saya ikuti.

Pengalaman Mengikuti Tes TPA Bappenas

Tes TPA Bappenas

Mengapa saya mengikuti tes TPA Bappenas ini? Jawabannya untuk memenuhi salah satu syarat yang diberikan oleh program pascasarjana dengan skor minimal 475. Perjalanan dimulai ketika saya mencari tiket Bus Damri menuju Jakarta yang pada saat saya berangkat lagi banjir. Sempat deg-degan bisa jalan apa gak karena memang banyak kendaraan yang terjebak banjir di Jakarta. Namun saya coba saja langsung pesan tiket Damri di daerah Tanjungkarang, tepatnya di sebelah loket stasiun kereta api tanjungkarang. Dengan harap-harap cemas dan ternyata hari itu bus Damri bisa jalan atau beroperasi.

Sebelumnya saya memesan tiket Bus Siger Kencana, namun mereka berkata kalau belum tentu bisa jalan karena banjir. Ternyata Damri bisa jalan dan sedikit lebih tenang. Saya pun berangkat dari Bandar Lampung dengan diantar keluarga yang berharap saya sehat selamat sampai Jakarta tanpa halangan apapun, termasuk banjir.

Singkat cerita saya pun naik bus Damri dan berangkat tepat pukul 10.00 malam. Sebenarnya masih terbesit rasa kekhawatiran bagaimana kalau sampai jakarta masih banjir? Apakah saya bisa mengikuti tes TPA ini? Dari situs resmi OTO Bappenas pun menghimbau untuk datang lebih awal karena alasan banjir. Saya pun hanya dapat bertawakal kepada Allah dan terus berpikir kalau memang ada jalan saya ke program pascasarjana ini, pasti Allah membantu dari sudut yang tak terduga-duga.

Kebetulan saya membeli buku Tes TPA yang ada di toko Gramedia Lampung, buku ini berjudul “Pasti Bisa Lolos TPA – 100% Standar OTO Bappenas”. Hmhmhmmm… menurut saya buku ini tidak terlalu bagus karena terdapat beberapa pertanyaan yang jawabannya tidak sesuai. Ditambah ketika ada soal try out dan latihan tidak semua ada penjabaran jawaban atau pembahasan, terutama Matematika yang seharusnya menjadi inti dari tes TPA ini. Maaf buat pengarang buku ini, saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan. Jadi buku ini hanya saya jadikan alat tes menjawab tanpa harus melihat pembahasannya. Saya pun mencetak beberapa lembar kertas yang bertuliskan nomor 1 sampai 250 untuk menjawab pertanyaan yang disediakan buku ini. Setelah jawab langsung liat kunci jawaban dan cek benar atau salah tanpa tahu bagaimana pembahasannya. Tapi, buku ini bagus buat latihan logika atau soal-soal yang berbentuk gambar karena memang banyak variasi soalnya.

Pengalaman Mengikuti Tes TPA Bappenas

Saya pun sempat mengerjakan soal dari buku tadi ketika berada di Kapal karena tidak bisa tidur. Sekitar 180 soal verbal saya jawab dan hasilnya tidak terlalu bagus, makin deg-degan aja gimana tes besok? Dari beberapa ulasan blogger yang pernah ikut tes ini bercerita kalau tesnnya lebih sulit dibandingkan tes TPA yang biasa diadakan oleh institusi lain dan memang tes TPA dari Bappenas ini sudah menjadi standar nasional dalam menilai kemampuan akademik seseorang di Indonesia.

Padahal saya hanya membutuhkan 125 jawaban benar dari 250 pertanyaan atau dengan kata lain setengah dari semua pertanyaan yang diajukan sehingga bisa mencapai skor 500. Tapi kok kayaknya susah bener ya? Selesai mengerjakan beberapa soal saya pun kembali melanjutkan perjalan menuju Jakarta. Tidak lewat dari pukul 05.30 pagi saya pun sudah sampai di Stasiun Gambir tempat pemberhentian terakhir Bus Damri menuju Jakarta. Alhamdulilah sampai dengan sehat selamat di Jakarta.

Saya pun menghubungi salah seorang teman atau kakak tingkat ketika di Fasilkom Unsri. Ka Ridho namanya. Beliau sudah duluan masuk di pascasarjana yang saya inginkan dan saya pun meminta bantuannya mulai dari tempat tinggal, antar ke tempat ujian sampai bertanya trik menjawab tes TPA ini. Baik sekali kakak ini dan sering ngelucu. Karena dari Palembang dan memang kebiasaan orang Palembang berbicara daerah jadilah saya kembali merasakan atmosfer berbicara Palembang yang telah beberapa bulan ini tidak saya rasakan karena memang sudah kembali ke Lampung setelah tamat S1.

Rumah ka Ridho ada di daerah Komplek Angkatan Laut Jatipadang, Pasar Minggu. Entah benar atau tidak alamatnya, seingat saya disitu. hehee. Sebenarnya saya tidak tahu itu daerah mana, hanya modal bertanya sama pegawai di Stasiun Gambir dan bisa naik Transjakarta. Hmhmhmm… saya salah satu orang yang mungkin gak suka pergi naik kendaraan umum. Ketika di Palembang saya gak pernah naik Trans Musi, sewaktu di Lampung pun belum pernah naik Trans Lampung, jadi naik Transjakarta pun saya rasa baru beberapa kali dan itu pun ikut-ikutan aja tanpa tahu berapa harga tiket dan jalur supaya bisa sampai tempat tujuan. Yang saya tahu naik busway lebih murah karena bisa transit dan bayar sekali asal tidak keluar dari halte.

Modal mulut aja dan saya pun menuju halte busway yang tak jauh dari stasiun gambir. Sampai disana saya bertanya apakah hari ini bus Transjakarta sudah mulai beroperasi? saya bertanya seperti itu karena memang pegawai di stasiun gambir tadi mengatakan tidak tahu apakah bus transjakarta hari ini beroperasi atau tidak, kereta pun hari ini tidak semua beroperasi karena banjir. Kemudian pegawai Transjakarta pun menjawab kalau baru hari ini mulai beroperasi. Alhamdulilah. Saya pun membeli tiket dan bertanya bagaimana cara saya sampai ke daerah Pasar Minggu. Rute transjakarta dari Stasiun Gambir ke Pasar Minggu sebagai berikut. Pertama kita naik dari halte gambir dan transit ke halte harmoni, setelah sampai ke halte harmoni, tunggu bus yang menuju dukuh atas, sampai di dukuh atas naik bus yang menuju rumah ka Ridho berada yang berada di daerah Jatipadang dan ada halte Jatipadang. Saya pun sampai di daerah Jatipadang, Pasar Minggu.

Dan tahukah sobat? Ada sebuah keajaiban menurut saya ketika saya naik bus Transjakarta. Mengapa? Saya bertemu teman SMA saya tanpa berkomunikasi sebelumnya. Imam namanya. Saya pun sungguh kaget, sebenarnya Imam tinggal di daerah Bandung karena dia kuliah di UPI, tapi kok bisa ketemu di Jakarta? dan dia berada di depan saya di dalam busway. Memang kalau Allah akan mempertemukan seseorang gak bisa di duga-duga. Sempat berbincang sebentar dan Imam pun turun karena dia akan menjalani tes masuk di sebuah perusahaan Swasta di Jakarta. Kami pun bersalaman dan saling berkata “Semoga Sukses”.

Selang beberapa menit, saya sampai di halte Jatipadang. Saya pun menelepon ka Ridho untuk bertanya alamat lengkapnya dimana? Setelah bertanya dan berbincang beberapa saat dengan tukang ojek yang berada di daerah sana, saya pun naik dan turun di pos satpam komplek Angkatan Laut Jatipadang dan bertemu dengan ka Ridho. Hmhmhmm… perjalanan yang panjang dan saya pun bersyukur bisa sampai dengan sehat selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Hmhmhmm.. nampaknya tulisan ini sudah terlalu panjang dan harus ditutup dulu. Demikian dulu tulisan saya mengenai pengalaman mengikuti tes TPA Bappenas bagian 1. Akan saya lanjutkan pada bagian 2 karena memang belum selesai ceritanya. see yaaa.

Update: Siahkan baca kelanjutan cerita mengenai Pengalaman Mengikuti Tes TPA Bappenas (Bagian 1), terdapat cerita dan tips sebelum melaksanakan tes. Link ke Pengalaman mengikuti tes TPA Bappenas (Bagian 2).

Pengalaman Mengikuti Tes TPA Bappenas



Comments

  1. By dini wahyuni

    Reply

    • Reply

  2. By selvi

    Reply

    • Reply

  3. By sri andaiyani

    Reply

Leave a Reply to dini wahyuni Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *